Berbicara tentang internet, saya jadi teringat ke masa empat tahun yang lalu disaat Pulau
Nias - Sumatera Utara tempat saya tinggal masih sulit mendapatkan internet. Internet bisa diakses di ponsel tapi speed-nya
(kecepatan transfer data) sangat rendah, karena saat itu teknologi
jaringan seluler masih berbasis GPRS atau dulu disebut jaringan 2.5G. Tarifnya
lumayan mahal tapi speed rendah
membuat saya tidak puas. Saya sering ketinggalan berita, jarang update status di jejaring
sosial dan juga miskin informasi teknologi baru. Saat itu, untuk menikmati
internet sekali-sekali saya ke warung
internet (warnet), belum sanggup untuk pasang internet sendiri karena biaya sangat mahal. Jumlah warnet yang
masih sedikit yang tak sebanding dengan pengguna yang banyak, membuat saya harus sabar mengantri ber
jam-jam. Untungnya, speednya lumayan
cepat karena menggunakan koneksi VSAT ataupun Speedy.
Saya kadang tersenyum sendiri bercampur rasa sedih, untuk ngakses internet aja harus ngantri
seperti ngantri pembagian sembako.
Internetan di warnet tentunya berbasis waktu dan biayanya pada saat itu lumayan
mahal yaitu sekitar Rp. 7.000/per jam.
Karena dibatasi waktu, sehingga internetan kurang nyaman dan terburu-buru.
Saya masih ingat, untuk browsing sesuatu yang saya perlukan, seringkali saya menyimpan/mengunduh halaman web ke dalam flash disk agar tidak memakan
waktu terlalu banyak di warnet. Dan membuka file tersebut di komputer rumah secara offline.